Beranda | Artikel
Obat Sifat Ujub - Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama
Sabtu, 18 Desember 2021

Obat Sifat Ujub – Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama

Saudara kita ini berkata … -kami terkadang memilih dari berbagai pertanyaan kalian, namun kami memilih yang paling penting ini- Dia berkata, “Terkadang, setelah aku melakukan beberapa amalan atau ibadah, seperti salat malam misalnya, kemudian muncul dalam diriku rasa ujub dengan amal tersebut, dan aku tahu itu datang dari setan, bagaimana mengobatinya?

(OBAT PERTAMA)
Obat pertama, Anda harus menyadari bahwa setan mempermainkan Anda, maka hendaknya Anda waspada, dan munculnya perasaan semacam ini adalah perkara yang manusiawi yang muncul dalam diri seseorang. Asy Syafi’i dan Sa’id bin Abdillah at-Tusturi berkata, “Tidak ada yang menyadari riya, kecuali orang yang ikhlas.” Maksudnya, orang yang berhati-hati terhadap riya dan takut dengannya, adalah orang-orang yang berusaha untuk ikhlas.

Oleh karena itu, apabila muncul dalam diri Anda rasa ujub dengan suatu amalan, maka ketahuilah bahwa ini adalah hembusan was-was dari setan yang menyerang manusia untuk memalingkannya dari kesempurnaan ibadah yang selayaknya dia dapatkan. Jadi, ketika Anda menyadarinya, ini adalah awal kebaikan bagi Anda, karena pengetahuan manusia tentang keburukan setan yang sedang menggodanya adalah kunci keselamatan darinya, karena ada sebagian manusia yang dikuasai dan diatur oleh setan namun dia tidak menyadarinya, maka menyadari kehadiran setan seperti ini adalah obat pertama.

(OBAT KEDUA)
Obat kedua, Anda bertekad untuk terus melanjutkan ibadah tersebut. Ditanyakan kepada Al-Ahnaf bin Qais, “Setan datang menggoda salah seorang dari kami dalam salatnya seraya berkata, ‘Kamu riya!’” Beliau berkata, “Apabila setan datang dalam salat Anda, … dan setan berkata, ‘Kamu riya!’ Maka panjangkan salatmu.” Inilah obatnya, panjangkan salatmu! Karena dengan demikian Anda mengusir setan, merendahkannya, dan membuatnya dalam kekerdilan. Jadi, ketika setan datang kepada Anda dalam ibadah seperti ini, maka tunaikan ibadah tersebut seraya melawan hawa nafsu Anda dan perbanyak ibadah tersebut. Dan ketahuilah, wahai saudara-saudaraku, bahwa kesempurnaan tidak akan tercapai tanpa kesungguhan!
Sebagian salaf berkata, “Aku berusaha keras belajar diam selama sepuluh tahun.” Sepuluh tahun! Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Tabaqat dari salah seorang yang memiliki nisbat al-‘Ijli, namun aku lupa namanya sekarang, tapi intinya dia belajar diam selama sepuluh tahun. Dan Muhamad bin Munkadir berkata, “Aku berupaya keras untuk belajar, …”

“Aku berupaya keras membiasakan salat malam selama dua puluh tahun hingga aku istiqamah melakukannya.” Abul Abbas Ibnu Taimiyah berkata, “Yang dinilai adalah kesempurnaan di akhir dan bukan kekurangan di awal.” Karena seseorang di awal-awal biasanya melakukan banyak kekurangan dan kealpaan dari berbagai sisi, namun apabila dia bersungguh-sungguh dalam perkara tersebut niscaya Allah ‘azza wa jalla akan menolongnya dan mengangkat derajatnya. Jadi, seseorang harus bersungguh-sungguh melawan nafsu!

Kesungguhan melawan nafsu adalah perkara yang agung bahkan yang paling agung dalam bab pengetahuan terhadap Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Anda berusaha keras untuk ikhlas, Anda berupaya untuk menuntut ilmu, Anda berupaya untuk mendirikan salat, Anda berusaha untuk memperbaiki keluarga Anda, Anda berusaha untuk memperbaiki anak keturunan Anda, Anda berusaha untuk memperbaiki manusia, Anda berusaha untuk berbakti kepada orang tua, Anda berupaya untuk berlaku baik kepada tetangga, dan Anda berupaya untuk memuliakan tamu. Sepanjang hidup adalah jihad! Oleh karena itulah Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh … untuk (mencari keridaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69) Jadi, barang siapa yang jujur dalam upayanya, niscaya Allah akan menolongnya dan mempermudah urusannya, sehingga semestinya dipahami oleh orang yang sedang berusaha istiqamah dalam ibadah-ibadah tersembunyi ini, seperti salat malam dan sedekah, hendaknya dia tahu, bahwa setan akan senantiasa menunggunya di semua jalan, dan akan selalu menggodanya tanpa pernah lelah. Oleh karena itu, dia harus menguatkan dirinya dalam melawan nafsunya, istiqamah, dan meneruskan amalannya. Ini adalah sejumlah obat, sebagian obat saja, karena keterbatasan waktu.

Sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat luas, namun semoga apa yang kami sampaikan mencukupi, mengingat terbatasnya waktu.

===============================================================================

يَقُولُ هَذَا الْأَخُ نَحْنُ نَخْتَارُ أَحْيَانًا مِنْ هَذِهِ السُّؤَالَاتِ

… لَكِنْ نَخْتَارُ هَذَا الْأَهَمَّ

يَقُولُ: أَحْيَانًا بَعْدَ عَمَلِ بَعْضِ الطَّاعَاتِ

وَالْعِبَادَاتِ كَقِيَامِ اللَّيْلِ مَثَلًا يَأْتِينِيْ عُجْبٌ بِهَذَا الْعَمَلِ

وَأَعْلَمُ أَنَّهُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَهَلْ مِنْ عِلَاجٍ؟

أَوَّلُ الْعِلَاجِ أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ هَذَا مِنْ تَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِكَ

فَتَحْذَرَ مِنْهُ وَوُرُودُ مِثْلِ هَذِهِ الْوَارِدَاتِ

أَمْرٌ قَدَرِيٌّ يَقَعُ بِالْإِنْسَانِ

قَالَ الشَّافِعِيُّ وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ التُّسْتُورِيُّ: لَا يَعْرِفُ الرِّيَاءَ إِلَّا الْمُخْلِصُونَ

يَعْنِي أَنَّ الَّذِي يَحْتَاطُ مِنَ الرِّيَاءَ وَيَخَافُهُ

هُمُ الَّذِينَ يُجَاهِدُونَ فِي تَحْصِيلِ الْإِخْلَاصِ

فَإِذَا وَقَعَ فِي قَلْبِكَ الْعُجْبُ بِشَيْءٍ

فَاعْلَمْ أَنَّ هَذَا مِنَ الْوَارِدَاتِ الشَّيْطَانِيَّةِ

الَّتِي تَقْتَحِمُ الْإِنْسَانَ لِصَرْفِهِ عَمَّا يَنْبَغِي لَهُ مِنَ الْكَمَالِ فِي الْعِبَادَةِ

فَعِلْمُكَ بِهَذَا أَوَّلُ الْخَيْرِ

فَإِنَّ مَعْرِفَةَ الْإِنْسَانِ بِشَرِّ الشَّيْطَانِ

الَّذِي يَقْتَرِفُهُ مِفْتَاحُ النَّجَاةِ مِنْهُ

فَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَنْ يُحِيطُ بِهِ الشَّيْطَانُ وَيَحُثُّ بِهِ وَلَا يَتَنَبَّهُ لَهُ

فَالتَّنَبُّهُ إِلَى وُرُودِ الشَّيْطَانِ لِمِثْلِ هَذَا هُوَ أَوَّلُ الْعِلَاجِ

وَثَانِي الدَّوَاءِ أَنْ تَحْرِصَ عَلَى الْمُضِيِّ فِي تِلْكَ الْعِبَادَةِ

قِيْلَ لِلْأَحْنَفِ بْنِ قَيسٍ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَنَا فِي صَلَاتِهِ

فَيَقُولُ: إِنَّكَ تُرَائِي! قَالَ: إِذَا جَاءَ الشَّيْطَانُ فِي صَلَاتِكَ

فَقَالَ: إِنَّكَ مُرَاءٍ فَأَطِلْهَا هَذَا الدَّوَاءُ أَطِلْهَا

لِأَنَّكَ تُرْغِمُ الشَّيْطَانَ بِذَلِكَ وَتُذِلُّهُ وَتَجْعَلُهُ فِي الصَّغَارِ

فَإِذَا وَرَدَ عَلَيْكَ الشَّيْطَانُ فِي مِثْلِ هَذِهِ الْعِبَادَاتِ فَأَقِمْ عَلَيْهَا

مُجَاهِدًا نَفْسَكَ وَاسْتَكْثِرْ مِنْهَا

وَاعْلَمُوْا أَيُّهَا الْإِخْوَانُ أَنَّ تَحْصِيلَ الْكَمَالَاتِ لَا يَكُوْنُ بِلَا مُجَاهَدَةٍ

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: جَاهَدْتُ نَفْسِيْ فِي تَعَلُّمِ الصَّمْتِ عَشْرَ سَنَوَاتٍ عَشْرَ سَنَوَاتٍ

رَوَاهُ عَنْهُ ابْنُ سَعْدٍ فِي كِتَابِ الطَّبَقَاتِ وَهُوَ وَاحِدُ الْعِجْلِيِّيْنَ

نَسِيْتُ اسْمَهُ الْآنَ لَكِنَّهُ عَشْرُ سَنَوَاتٍ فِي تَعَلُّمِ الصَّمْتِ

وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ مُنْكَدِرٍ: جَاهَدْتُ نَفْسِيْ فِيْ تَعَلُّمٍ

جَاهَدْتُ نَفْسِيْ فِي قِيَامِ اللَّيْلِ عِشْرِينَ سَنَةً فَاسْتَقَامَتْ لِيْ

قَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ ابْنُ تَيمِيَّةَ: الْعِبْرَةُ بِكَمَالِ النِّهَايَةِ لَا بِنَقْصِ الْبِدَايَةِ

لِأَنَّ الْإِنْسَانَ يَحْصُلُ لَهُ فِي مَبَادِئِ أَمْرِهِ مِنْ وُجُوهِ التَّلَفِ وَالْمُرَاغَمَةِ شَيْءٌ كَثِيرٌ

فَإِذَا أَقَامَ مُجَاهِدًا فِي ذَلِكَ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ

يُعِيْنُهُ وَيَرْفَعُهُ

فَلَا بُدَّ أَنْ يَجْتَهِدَ الْإِنْسَانُ فِي لُزُومِ الْمُجَاهَدَةِ

وَبَابُ الْمُجَاهَدَةِ بَابٌ عَظِيمٌ هُوَ أَعْظَمُ

أَبْوَابِ الْمَعْرِفَةِ بِاللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

أَنْتَ تُجَاهِدُ فِي الْإِخْلَاصِ وَتُجَاهِدُ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ

وَتُجَاهِدُ فِي إِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَتُجَاهِدُ فِي إِصْلَاحِ أَهْلِكَ

وَتُجَاهِدُ فِي إِِصْلَاحِ ذُرِّيَّتِكَ وَتُجَاهِدُ فِي إِصْلَاحِ النَّاسِ

وَتُجَاهِدُ فِي الْإِحْسَانِ إِلَى وَالِدَيْكَ وَتُجَاهِدُ فِي الْإِحْسَانِ إِلَى جِيرَانِكَ

وَتُجَاهِدُ فِي الْإِحْسَانِ إِلَى ضُيُوفِكَ كُلُّ الْحَيَاةِ جِهَادٌ

وَلِذَلِكَ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: وَالَّذِينَ جَاهَدُوا

فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ- العنكبوت الآية 69

فَمَنْ صَدَقَ فِي جِهَادِهِ فَإِنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يُعِينُهُ

وَيُيَسِّرُ لَهُ الْأَمْرَ فَيَنْبَغِي أَنْ يَعْلَمَ الْمُتَدَرِّجُ

فِي هَذِهِ الْعِبَادَةِ الْخَفِيَّةِ كَالْقِيَامِ وَالصَّدَقَةِ أَنْ يَعْلَمَ

أَنَّ الشَّيْطَانَ قَاعِدٌ لَهُ بِأَطْرُقِهِ

وَأَنَّهُ لَا يَزَالُ يُكَابِدُ مِنْ دُوْنِ عَنَتٍ

فَلَا بُدَّ لَهُ أَنْ يُقَوِّيَ نَفْسَهُ فِي جِهَادهِ وَأَنْ يَثْبُتَ أَنْ يُوَاصِلَ نَفْسَهُ بِالْعَمَلِ

هَذَا مِنْ جُمْلَةِ مَا مِنْ مُعِيْنَةٍ مِنَ الدَّوَاءِ مِمَّا مِنَ الدَّوَاءِ مِمَّا يُنَاسِبُ الْمَقَامَ

وَإِلَّا فَإِنَّ هَذَا الْبَابَ بَابٌ عَظِيمٌ

لَكِنْ لَعَلَّ مَا أَشَرْنَا فِيهِ فِيهِ كِفَايَةٌ مُنَاسِبَةٌ لِلْمَقَامِ


Artikel asli: https://nasehat.net/obat-sifat-ujub-syaikh-shalih-al-ushaimi-nasehatulama/